Memang keberadaan Candi Sukuh ini tidak begitu populer dibandingkan candi-candi lain di Pulau Jawa, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang lokasinya tidak jauh dari Hotel Yogyakarta. Alasannya karena fisik candi yang tidak terlalu besar dan lokasinya pun sulit dijangkau, candi ini juga bukan merupakan bangunan pusat kebudayaan dan keagamaan.
Uniknya, udara di daerah ini sangat sejuk dan asri, serta bangunan yang tersebut hampir menyamai candi yang ada di Guatemala, Amerika Serikat, di mana berbentuk limas terpotong yang menggambarkan keterbatasan ilmu manusia pada abad ke-15. Tak hanya itu, bentuknya juga cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau budaya Inca di Peru. Selain itu, candi ini termasuk candi Hindu yang terlihat dari adanya beberapa bentuk Lingga dan Yoni di area candi. Ini merupakan simbol kesuburan dan menjadi ciri khas kebudayaan Hindu.
Erotisme Arsitektur
Bentuk bangunan candi juga sederhana dengan arsitektur yang berundak-undak dan memiliki tiga teras. Teras pertama dibuat dari batu andesit dengan bentuk yang cukup bagus. Setelah memasuki gapura utama yang besar, Anda akan melihat relief yang menggambarkan alat kelamin pria dan wanita sebagai simbol kesuburan. Katanya, dengan melewati atau melangkahi relief ini, maka dianggap telah disucikan segala kotoran daalam diri kita sebelum memasuki area scandi yang suci. Teras kedua terdapat gapura yang rusak berat dan tulisan candrasengkala yang berbunyi “Gajah Wiku Anahut Buntut” yang artinya Gajah Pendeta Menggigit Ekor.
Sedangkan memasuki teras ketiga, Anda akan menemukan bangunan utama dari Candi Sukuh Karanganyar. Candi ini menghadap ke barat, tidak seperti candi-candi lain yang menghadap ke timur. Ada tiga ekor kura-kura dengan punggung rata seperti meja sebagai tempat meletakkan sesaji. Ada pula relief cerita Tirta Amerta yang berarti Air Kehidupan.
Konon, arca berbentuk Lingga dan Yoni di candi ini adalah simbol alat kelamin manusia. Di pelataran depan sebelah kiri candi terdapat menara batu dengan relief sosok yang tanpa mengenakan busana. Ada pula relief yang menyerupai tapal kuda besar dengan soso manusia di dalamnya, yang menggambarkan rahim seorang wanita. Tetapi, semua bentuk erotisme tersebut tidaklah bermakna negatif. Semuanya simbol. Lingga dan Yoni juga melambangkan Dewa Siwa dan istrinya, Dewo Parwati.
Mitos Keperawanan
Pada kenyataannya Candi Sukuh dikenal karena mitos erotis yang beredar. Banyak pengunjung yang penasaran akan mitos-mitos tersebut. Zaman dahulu, arca ini dibuat untuk mengetes keperawanan wanita. Apabila wanita bisa melompati celah batu itu dan mengeluarkan darah dari kemaluannya, maka wanita itu masih perawan. Tetapi, jika tidak perawan lagi, maka kain yang dipakai akan robek atau terlepas. Lalu, jika pria berbuat serong dan melewati relief itu akan ditunjukkan dengan mengeluarkan air kecil seketika itu juga.
Lokasi
Candi Sukuh dapat dijangkau dengan rute menuju ke Tawangmangu. Namun, setelah 200 meter dari Pasar Karangpandan atau Terminal Karangpandan, Anda bisa mengambil arah ke kiri. Lokasinya tepat di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, kabupaten Karanganyar. Waktu yang ditempuh kurang lebih satu jam dari Kota Solo, dan sekitar satu jam lebih dari Hotel Yogyakarta.
Article ini ditulis oleh tim penulis dari Goindonesia.com
Terima kasih telah membaca artikel tentang Mirip Budaya Maya dan Inca di blog hotel murah info dan tempat wisata jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.
